koclokindoblog, 12 April 2012,
Roberto Mancini berada dalam tekanan menjelang akhir musim, di mana City terancam kehilangan peluang menjadi juara. Namun pelatih Italia masih layak mendapat kesempatan untuk memperbaiki kinerja tim.
Empat minggu lalu, ketika Roberto Mancini menjanjikan bahwa Manchester City "akan menjuarai liga", dia memang penuh optimisme dan yakin bisa membawa klub menjadi jawara dalam kurun 44 tahun terakhir.
Tapi kini keyakinan itu diikuti dengan kata-kata "tahun depan", menyusul menipisnya peluang dirinya memberikan gelar juara bagi City, sekaligus membuat masa depannya di Etihad Stadium abu-abu.
Para pemilik klub kabarnya tengah mempertimbangkan masa depan Mancini, di mana pria Italia wajib melakoni lima laga tersisa dengan hasil meyakinkan agar dirinya bisa memperoleh perpanjangan kontrak.
Kontrak Mancini saat ini diperkirakan mencapai £3.5 juta per tahun ditambah bonus dan akan habis pada musim panas tahun depan. Tak ayal, performa buruk City dalam beberapa laga terakhir mencuatkan pertanyaan seputar masa depan Mancini, di mana pelatih Real Madrid Jose Mourinho kerap disebut-sebut sebagai salah satu pengganti dirinya.
Akan tetapi, para petinggi City, serta pendukung setia klub, agaknya perlu melupakan sejenak kekecewaan kehilangan kepemimpinan di Liga Primer dan terpaut lima angka dari United.
Mengingat empat minggu lalu City unggul dua angka atas United, menurunnya performa tim mendatangkan komentar negatif di kubu Manchester Biru setelah sempat memimpin liga dalam 28 pertandingan.
Tapi, atas dasar apa City berhak menuntut gelar juara setelah lebih dari empat dekade tidak mendapatkannya?
Sinyal perkembangan klub di bawah asuhan Mancini selama dua setengah tahun ini sangat jelas terlihat. Ya, dia memang menghabiskan sekitar £240 juta untuk membangun skuad, tapi tidak perlu memecatnya karena hal itu.
Tahun lalu, Mancini memberikan trofi pertama untuk klub dalam 35 tahun terakhir ketika mereka memenangkan Piala FA, di mana perolehan angka mereka 15 poin lebih banyak dibandingkan total raihan tahun sebelumnya dan agaknya menjadi yang tertinggi sepanjang sejarah City. Hanya performa luar biasa Manchester United dan ekspektasi terlalu tinggi yang akhirnya menciptakan kesan bahwa City telah gagal musim ini.
Memang, peluang mereka merebut gelar juara kian menipis, tapi mereka tidak perlu panik karena mereka sudah berada di jalur yang benar. Mancini telah menjalankan tugasnya secara memuaskan.
Kini City menjelma menjadi salah satu kekuatan sepakbola Inggris dan Eropa. Peluang mewujudkan gelar juara yang dituntut oleh para pemilik semakin besar di musim mendatang. Membangun tim juara setelah tidak meraih kesuksesan dalam waktu lama tidaklah mudah, dan patut diingat bahwa Chelsea dan Blackburn Rovers juga mengalami hal yang sama sebelum akhirnya meraih gelar juara Liga Primer.
City memang telah menghabiskan banyak uang sejak diambil alih oleh pemilik saat ini pada 2008 lalu, tapi mereka memiliki rencana terperinci, dan mereka tidak perlu membuang semua itu. Mancini telah berkali-kali mengatakan bahwa mereka perlu membangun mental juara di Etihad Stadium.
Mantan pelatih Inter Milan sangat optimistis bahwa City memiliki peluang terbaik memenangkan gelar juara musim depan. “Saya yakin klub ini telah mencapai di tingkat atas,” ujarnya pekan lalu. “Dengan dua atau tiga pemain baru setelah tahun ini, klub akan mulai memenangkan trofi, dan setelah memenangkan trofi, mereka akan meraih dua atau tiga juara setiap tahunnya.”
Perlu dicatat juga bahwa Mancini membuat beberapa kesalahan musim ini terkait persiapan menjelang laga serta keputusannya mengenai pemain-pemain tertentu, terutama Mario Balotelli dan Carlos Tevez. Tapi apa gunanya mengganti seorang pelatih kecuali City bisa mendapatkan sosok yang benar-benar bagus, seperti Mourinho misalnya?
Sudah jelas bahwa City tidak akan menghilang dari perebutan gelar juara, mereka akan kembali meramaikan persaingan di papan atas tahun depan. Mancini akan melihat musim ini sebagai putaran pertama, dan dia layak mendapat kesempatan menjalani putaran kedua.
Roberto Mancini berada dalam tekanan menjelang akhir musim, di mana City terancam kehilangan peluang menjadi juara. Namun pelatih Italia masih layak mendapat kesempatan untuk memperbaiki kinerja tim.
Empat minggu lalu, ketika Roberto Mancini menjanjikan bahwa Manchester City "akan menjuarai liga", dia memang penuh optimisme dan yakin bisa membawa klub menjadi jawara dalam kurun 44 tahun terakhir.
Tapi kini keyakinan itu diikuti dengan kata-kata "tahun depan", menyusul menipisnya peluang dirinya memberikan gelar juara bagi City, sekaligus membuat masa depannya di Etihad Stadium abu-abu.
Para pemilik klub kabarnya tengah mempertimbangkan masa depan Mancini, di mana pria Italia wajib melakoni lima laga tersisa dengan hasil meyakinkan agar dirinya bisa memperoleh perpanjangan kontrak.
Kontrak Mancini saat ini diperkirakan mencapai £3.5 juta per tahun ditambah bonus dan akan habis pada musim panas tahun depan. Tak ayal, performa buruk City dalam beberapa laga terakhir mencuatkan pertanyaan seputar masa depan Mancini, di mana pelatih Real Madrid Jose Mourinho kerap disebut-sebut sebagai salah satu pengganti dirinya.
Akan tetapi, para petinggi City, serta pendukung setia klub, agaknya perlu melupakan sejenak kekecewaan kehilangan kepemimpinan di Liga Primer dan terpaut lima angka dari United.
Mengingat empat minggu lalu City unggul dua angka atas United, menurunnya performa tim mendatangkan komentar negatif di kubu Manchester Biru setelah sempat memimpin liga dalam 28 pertandingan.
Tapi, atas dasar apa City berhak menuntut gelar juara setelah lebih dari empat dekade tidak mendapatkannya?
Sinyal perkembangan klub di bawah asuhan Mancini selama dua setengah tahun ini sangat jelas terlihat. Ya, dia memang menghabiskan sekitar £240 juta untuk membangun skuad, tapi tidak perlu memecatnya karena hal itu.
Tahun lalu, Mancini memberikan trofi pertama untuk klub dalam 35 tahun terakhir ketika mereka memenangkan Piala FA, di mana perolehan angka mereka 15 poin lebih banyak dibandingkan total raihan tahun sebelumnya dan agaknya menjadi yang tertinggi sepanjang sejarah City. Hanya performa luar biasa Manchester United dan ekspektasi terlalu tinggi yang akhirnya menciptakan kesan bahwa City telah gagal musim ini.
Memang, peluang mereka merebut gelar juara kian menipis, tapi mereka tidak perlu panik karena mereka sudah berada di jalur yang benar. Mancini telah menjalankan tugasnya secara memuaskan.
Kini City menjelma menjadi salah satu kekuatan sepakbola Inggris dan Eropa. Peluang mewujudkan gelar juara yang dituntut oleh para pemilik semakin besar di musim mendatang. Membangun tim juara setelah tidak meraih kesuksesan dalam waktu lama tidaklah mudah, dan patut diingat bahwa Chelsea dan Blackburn Rovers juga mengalami hal yang sama sebelum akhirnya meraih gelar juara Liga Primer.
City memang telah menghabiskan banyak uang sejak diambil alih oleh pemilik saat ini pada 2008 lalu, tapi mereka memiliki rencana terperinci, dan mereka tidak perlu membuang semua itu. Mancini telah berkali-kali mengatakan bahwa mereka perlu membangun mental juara di Etihad Stadium.
Mantan pelatih Inter Milan sangat optimistis bahwa City memiliki peluang terbaik memenangkan gelar juara musim depan. “Saya yakin klub ini telah mencapai di tingkat atas,” ujarnya pekan lalu. “Dengan dua atau tiga pemain baru setelah tahun ini, klub akan mulai memenangkan trofi, dan setelah memenangkan trofi, mereka akan meraih dua atau tiga juara setiap tahunnya.”
Perlu dicatat juga bahwa Mancini membuat beberapa kesalahan musim ini terkait persiapan menjelang laga serta keputusannya mengenai pemain-pemain tertentu, terutama Mario Balotelli dan Carlos Tevez. Tapi apa gunanya mengganti seorang pelatih kecuali City bisa mendapatkan sosok yang benar-benar bagus, seperti Mourinho misalnya?
Sudah jelas bahwa City tidak akan menghilang dari perebutan gelar juara, mereka akan kembali meramaikan persaingan di papan atas tahun depan. Mancini akan melihat musim ini sebagai putaran pertama, dan dia layak mendapat kesempatan menjalani putaran kedua.
goal.com